Semen Huk
Motif Semen Huk termasuk dalam pola semen. Semen dari kata semi (tumbuh), sedangkan huk sebagai ornamen pokok, diciptakan Sultan Agung di abad ke 17 dilukiskan sebagai embrio burung garuda. Merupakan simbol kepemimpinan yang baik, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, arif bijaksana, berbudi luhur, terpercaya, cerdas terbuka, melindungi, mendidik, dan dapat menyesuaikan diri dengan rakyat. Dahulu merupakan motif larangan yang hanya boleh dikenakan oleh raja dan putra mahkota dalam upacara kenegaraan dan keagamaan.
Motif Semen Huk
Grompol
Motif Grompol termasuk dalam pola nitik yang terdiri dari titik-titik dan garis. Grompol berasal dari kata menggerompol (ngerompol) yang berarti berkumpul menjadi satu senasib sepenanggungan dalam suka dan duka. Motif ini dikenakan pada rangkaian upacara daur hidup, antara lain perkawinan yang melambangkan bersatunya dua keluarga yang berbeda.
Motif Grompol
Rujak Senthe
Motif Rujak Senthe termasuk dalam pola lereng yang terdiri dari minimal 7 motif batik yaitu lidah api setengan kawung, banji sawit, mlinjon, tritis, ada-ada, untu walang, yang tersusun dalam bentuk lereng berlatar hitam. Rujak Senthe menggambarkan perpaduan antara hal-hal yang baik dengan yang kurang baik. Dahulu termasuk motif larangan yang hanya boleh dikenakan oleh raja dan keluarganya.
Motif Rujak Senthe
Semen Rama
Diambil dari nama Prabu Rama Wijaya dalam cerita pewayangan Ramayana. Motif Semen Rama menyimbolkan delapan ajaran keutamaan bagi seorang pemimpin atau raja yang dikenal sebagai asta brata (asta : delapan, brata : keutamaan) & diwejangkan oleh Rama Wijaya kepada Gunawan Wibisana saat akan dinobatkan menjadi Raja di Negeri Alengka.
Motif Semen Rama
Asta Brata terdiri dari Endra (kemakmuran), Yama (adil), Surya (keteguhan hati), Sasi (penerang), Bayu (berbudi luhur), Dana atau Baruna (kesejahteraan), Pasa (berhati lapang), dan Agni (sakti menumpas angkara murka).
Poleng
Berarti belang, yang diangkat dari bidang warna semula 5 warna (putih, merah, kuning, hitam, dan biru) yang melambangkan makrokosmos. Putih (Endra) sebagai symbol Dewa Kesuburan, Merah (Yama) sebagai simbol Dewa Maut/Kematian, Kuning (Waruna/Baruna) sebagai simbol Dewa Laut/Angin, Hitam (Wisnu) sebagai simbol Dewa Pemelihara, dan Biru (Syiwa) sebagai simbol Dewa Segalanya.
Motif Poleng
Kemudian berubah menjadi empat warna yang melambangkan mikrokosmo, terdiri dari warna putih, merah, kuning, dan hitam, sebagai simbolisme 4 nafsu manusia (mutmamah, amarah, lauwamah, dan supiah).
Dalam perkembangannya berubah menjadi dua warna, yaitu putih dan hitam sebagai simbol rwa bhineda (dua berlainan tetapi saling mengisi) yang melambangkan ketegasan dalam keselarasan.
Sumber : Monumen Batik Yogyakarta
Leave a Reply